Judul : Detektif Sekolah
Pengarang : Dimas Abi
Penerbit : Bukuné
Kota terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2012
Jumlah halaman : 216 halaman
B. Sinopsis
Novel
ini menceritakan tentang sebuah Tim Detektif yang beranggotakan Tessa, si anak
cerdas dan kedua rekannya di SMA Pemuda, yaitu Bams dan Momon yang begitu unik.
Bams si anak OSIS dengan otak yang penuh dengan ide dan pikiran. Dan Momon si
anak basket. Sayangnya, Momon hanya menjadi helper
boy (bahasa kasarnya, pembantu) yang selalu menjadi objek penderita dan
menderita di tim basket sekolahnya sejak setahun lalu. Tim detektif TBS, tim
yang diresmikan oleh alam dengan patahnya bangku taman yang mereka duduki saat
pertama kali mereka bertemu. Di taman belakang sekolah tepatnya. Sedikit
informasi, pencetus nama “TBS” pada tim detektif ini adalah Bams, yang berarti
Taman Belakang Sekolah.
Setelah
debut detektif TBS yang menggemparkan penduduk satu sekolah, klien pun datang
sepulang sekolah di taman belakang sekolah, markas besar detektif TBS. Mila,
cewek yang bisa dikatakan cantik menjadi klien pertama detektif TBS. Mila
adalah anak kelas dua yang tidak eksis di sekolah sehingga Tessa dan Momon baru
mengenalnya. Di mana Bams? Dia sedang membersihkan 20 toilet terkait cara debut
detektif TBS yang merupakan hasil pemikirannya, memasang pengumuman denagn
kertas manila yang menutupi seluruh bagian papan majalah dinding. Masalah Mila
adalah dua surat untuk Mila dari “Lelaki Pencari Cinta”. Untuk itu Mila meminta
bantuan pada Tim detektif TBS untuk menemukan siapakah sosok “Lelaki Pancari
Cinta”. Langkah awal yang dilakukan detektif TBS adalah inspeksi kantin
sekolah, karena ditemukan noda minyak disurat tersebut. Kantin sekolah memang
sarangnya gorengan.
Karena
kecewanya Bams yang merasa diperlakukan tidak adil di OSIS dan Momon yang
menjadi objek penderita di tim basket. Mereka berdua pun memutuskan untuk
meninggalkan dunianya. Bams keluar dari OSIS dan Momon keluar dari tim basket
Kembali
ke masalah Mila, untuk membuktikan siapakah “Lelaki Pancari Cinta”, Tessa
melakukan uji laboratorium untuk menentukan jenis noda minyak apa yang terdapat
di surat Mila. Noda pisang goreng! Mereka bertiga pun menginspeksi ulang kantin
bagi pembeli jajanan pisang goreng. Tapi ternyata, usaha mereka bertiga itu
sangatlah sia-sia. Noda minyak itu berasal dari Mila yang saat membaca surat ia
sedang makan pisang goreng! Capek, deh…
Tiga
detektif remaja ini telah melupakan tragedi minyak goreng. Saatnya bangkit. Mereka
memulai kembali melakukan pencarian sosok “Lelaki Pencari Cinta”. Hari Minggu
pagi mereka bertiga datang ke sekolah untuk memastikan datangnya surat ketiga
untuk Mila. Dan itu memang benar, namun mereka terlambat untuk mengetahui siapa
yang telah mengirim surat ketiga di laci meja Mila. “Lelaki Pencari Cinta”
telah pergi sebelum detektif TBS mencekalnya. “Lelaki Pencari Cinta” masih
menjadi misteri.
Untuk
mencari solusi dari masalah klien adalah mengenal klien itu sendiri. Itulah
kesalahan Detektif TBS, mereka belum terlalu mengenal Mila. Untuk itu, mereka bertiga
berusaha mencari informasi tentang Mila. Mereka pun mendapat banyak informasi
dari Anto, teman sekelas Mila. Mereka bertiga juga mendapat informasi dari
Shinta, ketua kelas Mila bahwa Mila tinggal di daerah Muara Angke, daerah
pelabuhan kapal-kapal nelayan di Jakarta. Namun, ditengah penggalian informasi
tentang Mila, Momon bertemu dan berkenalan dengan Jessie, cewek paling sempurna
menurut Momon.
Saatnya
mangarungi Muara Angke. Mereka bertiga mengendarai mobil Tessa dengan Pak Kasim
sebagai sopirnya. Namun, untuk mencapai Muara Angke ternyata mereka membutuhkan
peta dan setidaknya dua puluh orang untuk mereka tanyai. Ya, karena Pak Kasim
baru bekerja dan memang bukan orang Jakarta asli. Mobil mereka juga sempat
menyerempet sepeda motor polisi. Untunglah polisi memaafkannya. itu juga karena
sepeda motornya masih di bawah asuransi. Perjalanan yang suram!
Keesokan
harinya di taman belakang sekolah, Bams telah mengejutkan Tessa dan Momon. Bams
berkata, kasus Mila sudah selesai. Bagamana Tessa dan Momon bisa setuju,
pengirim surat Mila saja belum diketahui. Tapi, Mila yang sedari tadi mengintip
dari balik pohon telah mengetahui bahwa detektif TBS akan menghentikan
penyelidikan. Mila berlari, untunglah Tessa dan rekan-rekannya dapat mengejar.
Namun mereka bertiga melepas kembali Mila yang berlari membawa kekecewaan.
Malam
hari, Tessa sedang gelisah sambil membuat coretan tak bermakna dan mendengarkan
lagu milik Laluna “Kau Sahabatku”. Lagu itu mengingatkannya pada kedua
rekannya. Mimpinya untuk membuat tim detektif akan hancur. Tanpa diundang, Bams
datang ke rumah Tessa. Bams datang untuk meminta maaf dan menberitahukan Tessa
semua alasan di balik permintaannya untuk menghentikan penyelidikan. Bams
memaparkan kesimpulan dan analisis dari kasus surat berantai ini. Semakin
mendengar penuturan Bams, Tessa menjadi semakin tertarik dan akhirnya paham
atas keinginan Bams.
Hari
Minggu biasanya digunakan sebagian remaja untuk menyerang pusat -pusat
perbelanjaan walau tidak membeli apapun, sebagian yang lain berkumpul bersama
keluarga. Namun, Mila memanfaatkan Minggu-nya untuk ber-amis ria membantu
orangtuanya berjualan di pasar Muara Angke. Hal ini mengundang simpati Trio
Detektif TBS yang sedari tadi memantau Mila dari jarak yang tidak terlalu jauh,
tetapi tidak terdetaksi oleh gadis itu. Hari ini merupakan hari pembuktian
kebenaran kesimpulan detektif TBS terhadap kasus surat cinta berantai, dengan
Bams pemegang kendalinya.
Datanglah
lima unit Bajaj yang masuk ke area Pasar Muara Angke. Rombongan bajaj itu
menuju ke arah Mila. Mila pun terkejut. Lalu turunlah sosok Anto dari bajaj
terdepan. Dengan isyarat dari Anto, beberapa orang keluar dari bajaj yang lain
dan membentangkan spanduk lebar bertuliskan “MILA, MAU NGGAK JADI AYANK AA?”
yang membuat Mila semakin terkejut. Beberapa warga di pasar yang menyaksikan
adegan tersebut turut menyumbangkan siul dan tepuk tangan. Kemudian Anto
membacakan puisi cintanya untuk Mila. Saat Anto menyatakan cintanya, Mila pun
mengangguk tanda menerima cintanya. Trio detektif TBS lalu menyalami dan
memberi selamat pada Mila. Datektif TBS pun memberi tahu semuanya. Pertama,
kasus ini sebenarnya sangat sederhana. Detektif TBS memasang asumsi-asumsi
mengenai kasus ini. Pada surat kedua, dari isinya terlihat jelas bahwa si
pelaku benar-benar mengenal Mila. Saat surat ketiga datang, Kalimat pertama
menyadarkan detektif TBS bahwa mereka harus lebih mengenal klien-nya sendiri.
Sampai akhirnya detektif TBS menemukan alamat rumah Mila. Detektif TBS pun
yakin bahwa surat ketiga adalah surat penutup.
Lebih
jelasnya, selama penyelidikan, Bams merasa ada banyak mata rantai yang hilang.
Kesalahan Anto adalah dia tahu bahwa Mila itu klien detektif TBS, padahal
mereka sepakat ini adalah misi RAHASIA. Bams yakin Anto sering mengikuti Mila
dan itu karena Anto menyukainya. Semula Bams juga mengira bahwa Anto yang
menulis surat itu, tapi melihat catatan Mila di kantin, Bams yakin kalau Mila
yang melakukannya. Bams menjadi ingat akan keterangan Anto bahwa Mila sangat
suka dengan novel detektif. Bams yakin, setelah melihat papan madding, Mila
menjadi tertarik dengan tim detektif TBS. Karena itu dia sengaja menciptakan
kasus ini, kemudian selalu memantau investigasi detektif TBS. Bams pun memakai
Anto sebagai penutupnya. Sebenarnya Bams tidak tahu Mila menyukai Anto atau
tidak. Jadi, bisa saja tadi Anto ditolaknya. Benar-benar ide gila!
Sebagai
balas jasa karena telah membantu, Mila menghadiahkan tim detektif TBS berupa
tiket gratis menikmati akhir pekan di Pulau Tidung. Pulau Tidung adalah Pulau
terbesar di antara gugusan pulau di Kepulauan Seribu.
Pagi
buta tim detektif TBS dan Mila menuju pelabuhan. Mereka pun berangkat. Tetapi
Mila tidak ikut karena harus membantu ibunya. Mila juga berkata bahwa
sesampainya di sana, tim detektif TBS akan dijemput oleh pelanggan tetap
ikan-ikan Mila, Pak Tomi. tim detektif TBS pun beranjak ke kapal Mawar lalu
memilih duduk di atap kapal. Kapal pun berangkat. Tessa memilih membaca buku
dan kedua rekannya berfoto ria.
Sesampainya
di Pulau Tidung, akhirnya mereka bertiga menemukan Pak Tomi. Dan Momon
menemukan Jessie, bidadari Momon. Kebetulan Jessie sedang berlibur bersama
ayahnya.
Pak
Tomi memberi ucapan selamat datang di Pulau Tidung kepada tim detektif TBS.
Namun, Pak Tomi memang sedikit berbeda, suka pamer!
Di
Pulau Tidung, mereka bertiga akan melakukan banyak kegiatan. Oleh karena itu,
Pak Tomi menugaskan satu pemandu bernama Mang Kosim. Dugaan tim detektif TBS
ternyata salah besar, Mang Kosim tidak ada darah dengan orang Sunda sama
sekali, melainkan Mang Kosim keturunan Tionghoa!?
Hari
ini tiga remaja itu dihadapkan dengan jadwal yang menggugah semangat. Bersepeda
mengelilingi pulau hingga jam makan siang. Lalu setelah makan siang, mereka
akan melakukan snorkeling (berenang atau mnyelam dengan memakai masker selam,
snorkel, dan alat bantu gerak kaki katak untuk menambah daya dorong pada kaki).
Kegiatan
pertama, bersepeda. namun sebelum bersepeda, Momon mengajak Jessie terlebih
dahulu yang penginapannya bersebelahan dengan penginapan tiga detektif TBS. Setelah
itu, mereka berempat dipandu Mang Kosim menyusuri Jembatan Cinta. Mang Kosim
dengan semangat berbusa menerangkan sejarah Pulau Tidung. Tessa memperhatikan
cerita Mang Kosim sedangkan Bams lebih memilih untuk menguap dan melihat air
laut, sementara Momon asyik bercengkrama dengan Jessie.
Sampai
akhirnya di tengah percakapannya dengan Momon, Jessie berkata bahwa besok ia
akan bertunangan dengan lelaki pilihan ayahnya. Momon pun terkejut stadium
empat sampai rekan-rekannya dan Mang Kosim mendengarnya. Dengan lemas Momon
kembali ke penginapan sendiri.
Setelah
satu jam Momon mengunci diri di kamarnya, akhirnya Momon keluar juga, alasannya;
lapar. Tessa dan Bams yang dari tadi menunggu di meja makan menyambutnya.
Tetapi tetap saja, air muka Momon seperti benang kusut. Detektif TBS memulai
acara makan dengan lahapnya.
Tak
disangkanya, seorang koki laki-laki sedang marah kepada seorang pria yang ternyata
ayahnya Jessie. Koki laki-laki yang bernama Rambo itu tak terima karena
masakannya dikata tidak begitu matang. Untunglah Bams bisa mengatasi hal ini.
Tessa semakin kagum pada Bams.
Setelah
masalah teratasi, snorkeling pun dimulai! Tim detektif TBS ditambah Jessie
mengenakan kaki katak, snorkel, dan rompi pelampung. Namun Pak Tomi datang
dengan ocehannya yang halal untuk dilempar sandal. Untunglah mereka berempat
dan Mang Kosim berhasil menghindar dari Pak Tomi. Kemudian Mang Kosim
mengantarkan empat remaja itu ke dermaga guna menghampiri kapal yang sudah
menunggu kedatangan mereka. Mereka masuk satu persatu ke dalam kapal. Kapalpun
meninggalkan dermaga.Di atas kapal, Jessie dan Bams bercakap-cakap tentang
acara tunangan Jessie yang masih di bawah umur. Jessie pun memberi tahu bahwa
orang tua tunangan Jessie merasa simpati dengan ayah Jessie setelah mereka
mencoba masakan ayah Jessie di warung nasi goreng Pak Bram di dekat Pasar
Minggu. Mereka merasa simpatikarena ayah Jessie yang ramah dan santun.
Akhirnya
kapal berhenti di tengah laut. Mereka pun memulai snorkeling di laut dangkal.
Namun sebelumnya Mang Kosim memberi pengarahan bagaimana cara pemakaian alat
snorkeling dan larangan untuk menghancurkan karang. Mereka pun melompat ke laut
satu persatu. Mereka melihat karang yang memesona. Sangat memesona. Mereka
merasakan hal yang sama; antusias dan kagum.
Minggu
pagi pukul 06.00, ayah Jessie, Jessie, Tim Detektif TBS, dan beberapa penduduk
Pulau Tidung sedang menata tempat unutk acara pertunangan Jessie dengan lelaki
pilihan ayahnya, di pantai dekat Jembatan Cinta. Setelah semuanya siap, Jessie
meninggalkan rombongan menuju parkiran sepeda. Jessie akan menuju penginapan.
Satu jam berlalu, terdengar teriakan Mang Kosim. Jessie diculik!! Awalnya ayah
Jessie menganggap Mang Kosim hanya bercanda. Namun ternyata tidak. Ayah Jessie
lemas. Mereka segera menuju kamar penginapan Jessie. Barang-barang berserakan,
isi tas Jessie keluar semua. Ayah Jessie semakin lemas, ia tak pernah
membayangkan anak semata wayangnya hilang diculik. Namun tanpa disuruh Bams
mengatakan ‘janji’ untuk menemukan Jessi sebelum keluarga calon tunangan Jessie
datang siang nanti. Tessa pun kesal pada Bams. Mana mungkin menemukan Jessie
yang dculik sedang keluarga calon tunangan datang siang hari. Namun Bams dan
Momon bersikeras untuk menyelidiki kasus ini. Mereka berbagi tugas. Bams
menanyakan kepada warga sekitar dan Momon mencatat semua benda yang ada di
kamar Jessie.
Orang
yang pertama Bams introgasi adalah Mang Kosim. Namun Mang Kosim hanya berkata
bahwa saat ia akan mengecek dan membersihkan kamar yang ditinggal Jessie
sebagai penghuninya, ternyata pintu kamar telah terbuka dan semuanya
berantakan.
Di
ruang lain, Tessa memandang ayah Jessie dan sekilas melihat Bams yang sedang
mengintrogasi warga sekitar. Tessa menjadi ingat. Tim detektif TBS adalah
impiannya. Ia tak bisa membiarkan rekan-rekannya bekerja sendiri sementara
dirinya hanya diam. Melintaslah seorang wanita gemuk yang pernah Tessa lihat
lalu mencegatnya. Tessa menanyakan hal-hal terkait hilangnya Jessie pada ibu
tersebut. Ya, Tessa telah sadar dan kini ia ikut penyelidikan.
Pak
Kades (namanya memang Kades), lurah di pulai ini datang untuk mencari tahu apa
yang sedang terjadi dan setelah tahu, Pak Kades segera memerintahkan ajudannya
untuk ikut mencari Jessie. Dan ketika Tessa, Bams, Momon, dan ayah Jessie
mengantarkan Pak Kades untuk melihat keadaan kamar Jessie, Mang Kosim berteriak
kembali. Ia berkata, bahwa sebenarnya ia tadi melihat Rambo mondar-mandir di
sekitar penginapan Jessie. Dugaan pun muncul spontan bahwa Rambo-lah
penculiknya. Mereka dan beberapa warga berbondong-bondong mendatangi restoran
Rambo. Dan tepat saat mereka tiba, Rambo sedang memegang pisau penuh darah.
Ayah Jessie pun menangis sejadi-jadinya. Ia mengira Rambo telah membunuh
Jessie. Namun ternyata Rambo baru saja memotong ayam. Semuanya lega. Dan pada
saat itulah telepon ayah Jessie berdering. Telepon dari keluarga calon tunangan
Jessie. Mereka akan datang tiga per empat jam lagi!
Tim
Detektif TBS seperti tim gegana yang menangani bom waktu. Jika dalam empat
puluh lima menit kasus tidak terpecahkan, maka hancurlah sudah. Di tengah
kepanikan, muncul pemikiran dari Bams, melihat catatan Momon. Ada seratus lima
puluh dua benda yang berhasil Momon catat. Bams mulai menyadari sesuatu yang
tidak disadari oleh Tessa dan Momon.
Di
sisi lain, rombongan Pak Kades malah asyik melihat teknik memotong ayam yang
diperagakan Rambo yang tidak biasa. Ayah Jessie misuh-misuh.
Tim
detektif TBS meninggalkan rombongan Pak Kades untuk kembali ke TKP untuk
melakukan ‘misi pencarian sandal jepit kesayangan Jessie’. Sandal bercorak bola
basket yang mereka cari. Ya, mereka tahu karena Jessie pernah menceritakan
sandal kesayangannya itu pada detektif TBS. Lima menit berlalu, tapi usaha
mereka belum membuahkan hasil.
Bosan
dengan pertunjukan Rambo, warga sadar telah lupa untuk menolong ayah Jessie.
Pak Kades yang tak enak hati langsung mencari ayah Jessie. Setelah bertemu, Pak
Kades mencoba untuk menghibur dengan sedikit candaan. Namun itu malah semakin
membuat ayah Jessie tak karuan.
Tim
detektif TBS pun datang, dan sempat meladeni candaan Pak Kades. Sadar candaan
itu membuat ayah Jessie semakin lesu, Pak Kades menyarankan untuk segera
melaporkan kasus ini kepada polisi. Namun ternyata, menurut dugaan tim detektif
TBS tidak ada penculikan dalam kasus ini. Diduga Jessie sengaja kabur. Ya,
Jessie kabur. Kesimpulan itu diambil karena tidak ditemukan sandal kesayangan
Jessie di kamarnya. Memang tidak kronologis jika saat diculik Jessie masih
sempat memakai sandal jepitnya. Hal itu diperkuat dengan kesaksian seorang ibu
yang tinggal di dekat penginapan Jessie yang tidak mendengar suara kegaduhan
sama sekali. Dan satu-satunya tempat Jessie bersembunyi adalah Tidung Kecil.
Sedikit informasi, bahwa Jessie pernah bercerita pada Momon ia sangat suka pada
laut. Karena laut menggambarkan sosok ayahnya. Mereka pun langsung berpencar
dengan sepeda masing-masing menuju tidung kecil. Setelah sampai tidung kecil,
mereka memakirkan sepedanya dan melihat sosok Jessie sedang menangis tersedu di
pelukan Tessa. Sampailah ayah Jessie yang langsung memeluk Jessie. Jessie
berkata bahwa ia belum mau bertunangan. Walau begitu, semua lega.
Dan
sore hari, keluarga calon tunangan Jessie yang akan ditolak datang juga. Mereka datang menggunakan kapal pesiar. Keluarlah orang tua tunangan Jessie disusul
calon tunangan Jessie. Namun, sungguh berbeda. Cara jalannya, postur tubuhnya,
dan senyumannya adalah kombinasi tersukses yang pernah membuat Jessie lemas.
Jessie segera kembali ke penginapan untuk mempersiapkan diri. Jessie ingin
bertunangan! Dan saat itu pulalah Momon pingsan, kesempatan untuk memiliki
Jessie telah hilang.
Dan
kasus pun selesai.
No comments:
Post a Comment