Showing posts with label Lucu. Show all posts
Showing posts with label Lucu. Show all posts

Tuesday, July 16, 2013

Hal-hal Yang Membatalkan Puasa

 Hai, Guise! Udah lumayan lama juga Owner nggak ngirim postingan ke blog tercinta ini, hehe. Ok, karena kita sudah memasuki bulan Ramadhan, kali ini Owner mau ngasih tau, nih, apa aja sih hal-hal yang membatalkan puasa? Langsung aja ya...



 

PERHATIAN!
BACALAH ARTIKEL INI SAMPAI BAWAH!


1. MENYENTUH
Menyentuh gelas berisi air kemudian kita bawa ke kolong tempat tidur dan meminumnya, itu, dapat membatalkan puasa.

2. SIKAT GIGI
Sikat gigi bisa membatalkan puasa jika kumurnya dengan es kelapa muda sampai habis 2 gelas.

3. TERIAK
Teriak-teriak memanggil tukang soto, kemudian makan soto juga bisa membatalkan puasa, apalagi jika teriakan kamu mengejutkan.janda bohay yang lagi tidur lalu kamu berkencan dengannya, itu jelas membatalkan puasa.

4. LARI
Lari sekencang-kencangnya mengejar copet lalu kamu lelah dan kehausan
kemudian minum es doger, itu bisa membatalkan puasa, apalagi kamu lupa bawa uang kemudian jambak-jambakan dengan penjualnya.

5. DUDUK-DUDUK
Duduk-duduk sambil menggoda penjual nasi pecel kemudian kamu diberi nasi, hilang deh laparnya.

6. DIAM
Diam juga bisa buat anda batal loh...Seriusan loh.. . misalkan, diam-diam memasukkan roti ke mulut dan diam-diam anda memasukkan nasi ke mulut sampe habis 5 piring.."

7. MANDI
Mandi juga penyebab salah satu batalnya puasa bila anda mandi sambil mesra-mesraan sama                sabun..ditambah lagi mengikuti peribahasa "Sambil menyelam minum Air" atau kelelap terus minum air 2 galon.

8. KENTUT

Nah, yang ini lebih bahaya saudara-saudara , bisa membatalkan puasa orang satu kampung jika anda kentut, maksudnya jika anda tiba-tiba mengentuti muka teman anda lalu teman anda tidak terima atas perlakuan anda..kemudian tonjok-tonjokkan, jambak-jambakkan, terus ambil pisau, datang warga dan terjadi tawuran...batal deh semuanya.

9. PINJEM DUIT
misalkan anda siang-siang pinjam duit ke teman buat beli nasi padang, beli es kelapa, beli cendol, beli, bubur ayam, beli ayam bakar terus anda makan semuanya.



Oke, tadi yang udah ketawa-ketawa dan senyum-senyum sendiri, berhenti dulu yaa.. Sekarang saatnya Owner serius, nih. Berikut ini adalah hal-hal yang membatalkan puasa versi Serius/?

1. Masuknya benda kedalam tubuh dengan sengaja melalu lubang yang terbuka (mulut, hidung, dan lain-lain), atau melalui jalan yang tertutup, seperti benda yang masuk ke otak melalui kepala. Yang dikehendaki dalam hal ini adalah bahwa orang yang berpuasa mencegah sesuatu yang bisa masuk kedalam anggota tubuh.

2. Mengobati orang yang sakit melalui dua jalan (qubul dan dzubur). 
 
3. Muntah dengan sengaja, namun apabila tidak disengaja maka puasanya tidak batal. 
 
4. Bersetubuh dengan sengaja. Namun tidak batal apabila lupa (kalau sedang puasa). 
 
5. Keluar mani karena bertemunya dua kulit (antara laki-laki dan perempuan) walaupun tanpa berjima’. Diharamkan apabila mengeluarkannya dengan tangan, namun tidak diharamkan seumpama dikeluarkan dengan tangan istrinya atau budaknya (tapi tetap batal). Pengarang kitab (mushannif) telah memisahkan apabila keluar mani disebabkan karena mimpi maka itu tidaklah batal.
 
6. Wanita haidh atau nifas, walaupun ia berada pada waktu akhir menjelang terbenamnya matahari. 
 
7. Majnun (gila), 
 
8. Murtad. 


 sumber: berbagai sumber

Tuesday, June 4, 2013

saranghae, eomma!*

Mengungkapkan rasa sayang kita pada ibu itu penting. Caranya bisa kita contek dari tiga bintang K-Pop ini. Pasti makin engket, deh, sama ibu. *i love you, mom

1. SELALU MINTA IZIN IBU
               Izin dari ibu itu nomor satu buat BoA. Apapun yang BoA lakukan, seperti membelanjakan uangnya, ia selalu minta izin sama ibu. "Waktu aku tanya alasannya, BoA bilang ia meminta izin agar semua kegiatannya erjalan dengan lancar," cerita ibunya.


LESSON LEARNED FROM BOA
               Kalau pengin melakukan hal baru atau sesuatu yang penting, enggak ada salahnya menanyakan pendapat atau meminta izin ibu. Misalnya saat mau mendaftar lomba mading di sekolah atau ikut kegiatan sosial di komunitas pecinta lingkungan. Bukan hanya bikin ibu senang karena merasa dihargai, tapi pengalaman serta pendapat ibu juga bisa jadi masukan biar enggak salah mengambil keputusan. 

2. BERI HADIAH
               Begitu debut, BoA langsung memberi hadiah ibunya peralatan make-up. Ia memang selalu ingin membahagiakan ibunya dengan memberi hadiah. Ia bisa saja memberi hadiah setangkai bunga. Atau hadiah besar seperti gaji pertamanya saat baru menjadi bintang K-Pop.

LESSON LEARED FROM BOA
               Memberi hadiah enggak perlu nunggu saat ibu ulang tahun. Hadiahnya bisa berbentuk apapun. Memasak nasi goreng untuk sarapan ibu, atau bikin kartu berisi ucapan sayang buatan sendiri. Sesekali menabung untuk kasih ibu barang yang ia butuhkan, misalnya pas jadi juara kelas.


3. THINK TWICE BEFORE YOU ACT
               Nichkhun pernah mengecewakan ibunya sampai bikin ia menyesal banget. Julu 2012 lalu, ia mengalami kecelakaan akibat mengendarai mobil di bawah pengaruh alkohol. Perbuatannya ini tentu saja bikin ibunya jadi sedih dan menghawatirkan dirinya.

LESSON LEARNED FROM NICHKHUN
               Pikir dua kali sebelum bertindak, terutama saat tergoda untuk melakukan hal yang kurang baik. Cukup dengan membuat ibu tenang itu sudah membuktikan rasa sayang kita padanya.


4. BONDING TIME WITH MOM
               Walaupun sibuk tur bareng 2PM, Nichkhun tetap menyisihkan waktu untuk berkegiatan bareng ibunya. Seperti waktu Thailand dilanda banjir besar Desember 2011, ia dan ibunya membantu para korban banjir dengan menyumbangkan uang dan makanan.

LESSON LEARNED FROM NICHKHUN
               Sesibuk apa pun, sempatkan diri kita berkegiatan dengan ibu. Misalnya, ajak ibu bikin pumpkin bread ala Taylor Swift atau minta temani ibu beli CD terbaru One Direction. Terus, pulangnya mampir makan es krim bareng, deh. Memang sih, kadang lebih asyik pergi dengan teman segeng, tapi jalan-jalan dengan ibu juga bisa jadi kegiatan yang seru.


5. PATUHI IBU
               Siapa sangka T.O.P. yang   saat di panggung dulunya adalah anak yang suka kabur dari sekolah. Hi-hi-hi. Saking seringnya pulang sebelum sekolah selesai, ibu dan gurunya sampai menyembunyikan sepatunya saat ia masih di dalam kelas. T.O.P. bilang kalau dia menyesal keran dulu ia nggak patuh sama ibunya. 

LESSON LEARNED FROM T.O.P.
               Biar enggak menyesal nantinya, patuhi semua nasehat dan perintah ibu. meskipun kadang peraturan atau perintah ibu suka bikin kita kesal, coba berpikir positif. karena sebenarnya peraturan yang dibuat ibu, itu demi kebaikan kita. enggak ada, kan, ibu yang pengin merugikan anaknya sendiri.

6. CURHAT, YUK
               Buat T.O.P ngobrol sama ibu itu wajib. Dia berusaha menelepon ibunya setiap hari walaupun super-sibuk. Personel Big Bang lainnya sampai menjulukinya the mama boy.


LESSON LEARNED FROM T.O.P.
               Coba ajak ibu ngobrol setiap hari. Ceritakan kegiatan di sekolah, soal idola, atau ekskul seru yang sedang kita ikuti. Kita juga bisa tanya ibu soal pekerjaannya atau menu makan siangnya di kantor. Tapi, ingat untuk mencari waktu yang tepat. Misalnya saat sarapan atau sebelum tidur malam. Kalau ibu tahu banyak soal teman-teman, kegiatan kita, sampai gebetan, pasti ia akan lebih yakin untuk memberi kepercayaan penuh pada kita,


sumber: kaWanku

Sunday, January 27, 2013

Cerita Rakyat: Asal Usul Selat Bali


Alkisah, di Kerajaan Daha, Kediri, Jawa Timur, hiduplah seorang brahamana (pendeta) yang bernama Empu Sidi Mantra. Ia seorang pendeta yang kaya raya dan terkenal sakti mandraguna. Selain itu, ia juga memiliki seorang istri yang cantik jelita dan seorang putra yang gagah dan tanpan bernama Manik Angkeran. Meski demikian, pendeta itu tidak bisa hidup tenang dan bahagia, karena anak semata wayangnya, Manik Angkeran, memiliki sifat tidak terpuji, yaitu gemar berjudi. Ia selalu mempertaruhkan harta kekayaan orang tuanya dan berhutang kepada orang lain ketika kalah berjudi. Hal inilah yang membuat Empu Sidi Mantra dan istrinya merasa resah, karena hampir setiap hari orang-orang mendatangi rumahnya untuk menagih hutang putranya. Keadaan tersebut berlangsung hingga bertahun-tahun, sehingga lambat-laun harta kekayaan sang Empu terkuras habis.

Pada suatu sore, Manik Angkeran pulang ke rumahnya dengan nafas tersengal-sengal.

“Bapa, Ibu! Tolong aku!” seru Manik Angkeran.

“Ada apa, Putraku? Apa yang terjadi denganmu?” tanya ibunya dengan perasaan cemas.

“A...a... aku dikejar-kejar orang, Bu!” jawab Manik Angkeran dengan nafas yang masih terengah-engah.

“Hmm... kamu pasti kalah berjudi lagi ya!” timpa bapanya.

“Iya, Bapa! Aku kalah berjudi dan tidak sanggup membayar taruhan. Tolong aku, Bapa! Mereka ingin membunuhku,” Manik Angkeran mengiba kepada bapanya.

Tak berapa lama kemudian, datanglah beberapa orang pemuda membawa golok. Mereka berteriak-teriak di depan rumah menyuruh Manik Angkeran keluar.

"Hai, Manik Angkeran! Keluar dan bayarlah hutangmu!” teriak salah seorang pemuda sambil mengacung-acungkan goloknya.

Manik Angkeran pun semakin ketakutan. Ia segera masuk ke kamarnya untuk bersembunyi. Sementara itu, dengan tenangnya, Empu Sidi Mantra segera menemui para pemuda yang berdiri di depan rumahnya.

“Tenang, wahai Anak Muda! Percayalah, saya akan membayar semua hutang putraku. Tapi, berilah saya waktu tiga hari untuk mencari uang dulu,” pinta Empu Sidi Mantra.

“Baiklah, Empu! Kami menerima permintaan Empu. Tiga hari lagi, kami akan kembali kemari untuk menagih janji Empu,” kata salah seorang pemuda, lalu membubarkan diri bersama teman-temannya.

Pada malam harinya, Empu Sidi Mantra berdoa untuk memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Saat tengah malam, tiba-tiba ia mendengar suara bisikan yang sangat jelas di telinganya.

“Hai, Sidi Mantra! Pergilah ke kawah Gunung Agung! Di sana ada harta karun yang dijaga oleh seekor naga bernama Naga Besukih,” demikian suara bisikan itu.

Keesokan harinya, berangkatlah Empu Sidi Mantra itu ke kawah Gunung Agung. Setelah berjalan cukup jauh dengan berbagai rintangan, sampailah ia di tempat tersebut. Ia pun duduk bersila sambil membunyikan genta (lonceng) saktinya seraya mulutnya komat-kamit menyebut nama Naga Besukih. Tak berapa lama kemudian, naga itu pun keluar dari tempat persembunyiannya.

“Hai, kisanak! Kamu siapa dan ada apa kamu memanggilku?” tanya Naga Besukih itu.

 “Saya Empu Sidi Mantra dari Tanah Jambudwiba.  Maksud kedatangan saya kemari untuk meminta bantuanmu,” kata Empu Sidi Mantra.

“Apa yang bisa kubantu, hai Mpu? Katakanlah!” seru Naga Besukih.

Empu Sidi Mantra pun mengutarakan maksud kedatangannya. Karena merasa iba, Naga Besukih segera menggeliatkan tubuhnya. Seketika itu pula, emas dan berlian pun berhamburan keluar dari balik sisiknya.

“Bawalah emas dan intan ini Mpu! Semoga cukup untuk membayar hutang-hutang putramu. Tapi, ingat! Jangan lupa untuk menasehati putramu agar dia mau merubah perilakunya!” seru sang Naga.

“Baik, Naga! Terima kasih atas bantuannya,” ucap Empu Sidi Mantra.

Setelah mengambil semua perhiasan emas dan intan tersebut, Empu Sidi berpamitan kepada sang Naga. Setibanya di rumah, ia langsung memanggil putranya.

“Wahai, putraku Manik Angkeran! Bapa akan memberikan semua emas dan intan ini kepadamu, tapi dengan satu syarat, kamu harus berjanji untuk tidak berjudi lagi,” ujar Empu Sidi Mantra.

‘Baik, Bapa! Manik berjanji untuk tidak berjudi lagi,” ucap Manik Angkeran.

Empu Sidi Mantra pun percaya begitu saja pada ucapan putranya. Akhirnya, ia menyerahkan semua perhiasan emas dan intan tersebut kepada putranya. Dengan perasaan senang dan gembira, Manik Angkeran segera menjual semua perhiasan emas dan intan tersebut. Setelah itu, ia pergi membayar hutang-hutangnya. Ternyata, uang hasil penjualan emas dan intan tersebut tidak habis digunakan untuk melunasi seluruh hutangnya. Melihat jumlah uang yang masih tersisa begitu banyak, akhirnya ia pun tergiur untuk kembali bermain judi. Dengan uang itu, ia berharap akan menang dan memperoleh uang yang lebih banyak lagi. Tapi, nasib berkata lain, ia kalah berjudi dan uangnya pun habis. Bahkan, ia kembali dililit hutang. Akhirnya, ia kembali ke rumahnya dengan wajah lesu.

“Bapa! Aku sudah membayar semua hutangku kepada mereka,” kata Manik Angkeran dengan nada lemas.

“Ya, baguslah kalau begitu! Tapi, kenapa wajahmu tampak kusut begitu?” tanya bapanya heran.

“Maafkan aku, Bapa! Tadi aku bermain judi dan berhutang lagi,” jawab Manik Angkeran sambil menundukkan kepalanya.

“Apa katamu! Dasar anak keras kepala, tidak mau mendengar nasehat orang tua!” bentak bapanya.

“Maafkan aku, Bapa! Tolong bantu aku sekali ini saja, Bapa!” Manik Angkeran mengiba di hadapan ayahnya.

“Tidak! Bapa tidak dapat membantumu lagi. Bayar sendiri hutang-hutangmu itu!” seru bapanya dengan wajah memerah.

Manik Angkeran pun tidak bisa berbuat apa-apa. Ia kebingungan mencari cara untuk membayar hutang-hutangnya. Di tengah kebingungannya, tiba-tiba ia teringat bahwa bapanya memperoleh perhiasan emas dan intan di kawah Gunung Agung. Ia pun nekad mencuri genta milik bapanya, lalu pergi ke kawah gunung itu. Setibanya di sana, ia bingung lagi karena tidak mengerti doa dan mantra yang harus diucapkan. Akhirnya, ia mencoba membunyikan genta itu tanpa mengucapkan mantra. Setelah beberapa kali membunyikannya, tiba-tiba seekor naga besar keluar dari sarangnya dan menghampirinya.

“Ampun, Naga! Jangan memangsaku!” pinta Manik Angkeran.

“Hai, Anak Muda! Kamu siapa? Kenapa kamu membunyikan genta itu tanpa membaca mantra?” tanya Naga Besukih.

“A... a... Aku Manik Angkeran, putra Empu Sidi Mantra,” jawab Manik Angkeran dengan gugup.

“Hai, Manik Angkeran! Ada apa engkau memanggilku dengan genta yang kau curi dari bapamu itu?” tanya Naga Besukih.

Manik Angkeran pun menyampaikan maksud kedatangannya. Ia mengiba kepada Naga Besukih agar ia diberikan harta yang melimpah untuk membayar hutang-hutangnya.

“Naga! Kasihanilah Aku! Orang-orang akan membunuhku jika tidak segera membayar hutangku kepada mereka,” Manik Angkeran kembali mengiba.

Melihat kesedihan Manik Angkeran, sang Naga pun merasa kasihan kepadanya.

“Baiklah! Aku akan membantumu, tapi kamu harus berjanji untuk berhenti berjudi,” ujar Naga Besukih.

Setelah itu, sang Naga segera membalikkan badannya hendak mengeluarkan emas dan intan melalui sisik ekornya. Begitu ia hendak menyetakkan ekornya, tiba-tiba Manik Angkeran segera menghunus kerisnya dan memotong ekor naga itu. Tak ayal lagi, Naga Besukih pun meronta-ronta dan menjerit kesakitan. Ketika ia membalikkan badannya, Manik Angkeran telah pergi membawa ekornya yang penuh dengan emas dan intan itu. Ia berusaha untuk mengejarnya, namun putra Empu Sidi Mantra itu sudah menghilang entah ke mana. Ia hanya menemukan bekas tapak kakinya. Maka dengan kesaktiannya, ia membakar tapak kaki itu. Manik Angkeran yang telah pergi jauh meninggalkan kawah Gunung Agung pun merasakan kedua telapak kaki terasa panas, dan lama-kelamaan seluruh tubuhnya terbakar hingga akhirnya menjadi abu.

Sementara itu, di Kerajaan Daha, Empu Sidi Mantra dan istrinya sedang gelisah, karena anak semata wayang mereka menghilang. Mereka sudah mencarinya ke mana-mana, tapi tidak juga menemukannya.

“Pa! Ke mana perginya putra kita? Kita sudah mencarinya ke mana-mana, tapi tak seorang pun warga yang tahu keberadaannya?” tanya istri Empu Sidi Mantra dengan perasaan cemas.

Empu Sidi Mantra hanya terdiam sambil berpikir. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba ia tersentak kaget.

“Wah, jangan-jangan putra kita pergi ke Gunung Agung,” kata Empu Sidi Mantra.

“Kenapa Bapa bisa berpikiran begitu?” tanya istrinya.

“Aku berpikiran demikian, karena putra kita menghilang bersamaan dengan hilangnya genta saktiku. Dia pasti pergi ke kawah itu untuk menemui Naga Besukih,” jawab Empu Sidi Mantra.

Keesokan harinya, berangkatlah Empu Sidi Mantra ke kawah Gunung Agung untuk mencari putranya. Setibanya di sana, ia melihat Naga Besukih sedang gelisah di luar sarangnya.

“Wahai, Naga Besukih! Apakah engkau melihat putraku?” tanya Empu Sidi Mantra.

“Iya, Mpu! Kemarin dia ke sini meminta harta untuk membayar hutang-hutangnya. Namun, ketika aku hendak memberinya harta itu, tiba-tiba ia memotong ekorku, lalu membawanya pergi bersama harta itu,” jelas Naga Besukih.

“Apakah kamu tahu kemana perginya?” Empu Sidi Mantra kembali bertanya dengan perasaan cemas.

“Maaf, Mpu! Kamu tidak usah lagi mencari putramu. Aku telah membakarnya hingga binasa,” jawab Naga Besukih.

Betapa terkejutnya Empu Sidi Mantra mendengar berita buruk itu. Ia pun memohon kepada sang Naga agar putranya dihidupkan kembali.

“Maafkan aku dan putraku, Naga! Dia putraku satu-satunya. Aku mohon hidupkanlah dia kembali,” pinta Empu Sidi Mantra.

“Baiklah, Mpu! Demi persahabatan kita, aku akan memenuhi permitaanmu. Tapi dengan satu syarat, kamu harus mengembalikan ekorku,” kata Naga Besukih.

Empu Sidi Mantra pun berjanji untuk memenuhi syarat Naga Besukih. Dengan kesaktiannya, Naga Besukih berhasil menghidupkan kembali Manik Angkeran. Empu Sidi Mantra segera pergi mencari putranya. Setelah sekian lama mencari, akhirnya ia pun menemukan putranya di sebuah hutan lebat, dan kemudian mengajaknya kembali ke kawah Gunung Agung untuk menemui dan mengembalikan ekor Naga Besukih.

Setibanya di kawah Gunung Agung, Empu Sidi Mantra segera mengembalikan ekor Naga Besukih seperti semula. Setelah itu, ia bersama naga itu menasehati putranya agar benar-benar mau merubah perilakunya. Manik Angkeran pun sadar dan berjanji untuk mengikuti nasehat mereka. Sebagai hukuman, ia harus tinggal di sekitar Gunung Agung.

Akhirnya, Empu Sidi Mantra pun kembali ke Kerajaan Daha seorang diri. Ketika tiba di Tanah Benteng, ia menorehkan tongkat saktinya ke tanah untuk membuat garis batas antara dia dan putranya. Karena kesaktiannya, bekas torehan tongkatnya bertambah lebar sehingga tergenangi air laut, dan lambat laun tempat itu berubah menjadi sebuah selat. Oleh masyarakat setempat, selat itu dinamakan Selat Bali.

* * *

Demikian cerita Asal Mula Selat Bali daerah Bali, Indonesia. Pelajaran yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah bahwa berjudi merupakan perilaku tidak terpuji yang harus dijauhi. Hal ini terlihat pada perilaku Manik Angkeran. Selain hidupnya tidak tenang selalu dikejar-kejar orang karena terlilit hutang, ia juga telah menguras habis harta kekayaan orang tuanya dipertaruhkan di meja judi.

Pelajaran lain yang dapat dipetik adalah bahwa sifat gemar berjudi dapat mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan keji seperti menipu, mencuri, dan merampok harta orang lain, sebagaimana yang dilakukan Manik Angkeran. Secara licik, ia memotong ekor Naga Besukih untuk mendapatkan emas dan intan yang akan digunakan untuk membayar hutang-hutangnya. Akibat perbuatannya itu, ia pun tewas terbakar, meskipun pada akhirnya ia dihidupkan kembali oleh Naga Besukih. Dalam tunjuk ajar Melayu dikatakan:

kalau suka bermain judi,
hidup hina kerja tak jadi
kalau hidup jadi penjudi,
dunia akhirat badan terkeji