Showing posts with label bahasa jawa. Show all posts
Showing posts with label bahasa jawa. Show all posts

Thursday, August 8, 2013

Goa Seplawan, Purworejo

Goa Seplawan terletak di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing dengan jarak tempuh + 20 km ke arah Timur dari pusat kota Purworejo dengan ketinggian 700 m dpl sehingga udaranya sangat sejuk. Goa ini memiliki ciri khusus berupa ornamen yang terdapat di dalam goa, antara lain staklatit, staklamit, flowstone, helekit, soda straw, gower dam dan dinding-dindingnya berornamen seperti kerangka ikan. Panjang Goa Seplawan + 700 m dengan cabang-cabang goa sekitar 150-300 m dan berdiameter 15 m. Goa alam yang sangat menakjubkan ini menjadi semakin terkenal dengan diketemukannya arca emas Dewa Syiwa dan Dewi seberat 1,5 kg pada tanggal 28 Agustus 1979 yang sekarang arca tersebut disimpan di Museum Nasional Jakarta.

Tempat lain yang juga terkait dengan sejarah Kabupaten Purworejo adalah Goa Seplawan, yang berada di wilayah Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing. Goa ini menjadi istimewa karena disebut-sebut dalam Prasasti Kayu Arahiwang. Dalam prasasti itu dengan jelas disebutkan bahwa salah satu tempat yang harus dijaga karena kesuciannya adalah Goa Seplawan. 

Dan agaknya hal itu memang benar. Karena saat pertama kali ditemukan pada tanggal 28 Agustus 1979, di dalam salah satu lorong goa ditemukan sebuah arca sepasang dewa dewi yang terbuat dari emas murni. Keberadaan patung sepasang dewa dewi yang tak lain adalah Dewa Syiwa dan Dewi Parwati ( seberat 1,5 kg ) tersebut, menunjukkan kalau Goa Seplawan sebelumnya dijadikan sebagai tempat pemujaan. 

Patung itu kemudian dibawa ke Jakarta dan disimpan di Musium Nasional Jakarta. Sebagai gantinya pemerintah membuatkan replika patung itu tepat di depan mulut goa. Tujuannya adalah untuk mengingatkan kepada para pengunjung bahwa goa ini pada dasarnya adalah tempat suci yang disakralkan oleh masyarakat pada zaman dulu. Selain sakral, goa ini juga memiliki keindahan yang sangat luar biasa. Hamparan stalaktit dan stalagnit di setiap lorong goa, menciptakan kesan tersendiri bagi para pengunjung goa. Tak hanya itu gemericik air yang menetes dari bebatuan penyusun goa mampu menenangkan hati siapapun yang masuk ke dalamnya. 

Goa ini memiliki panjang + 700 meter dengan cabang-cabang goa sekitar 150 – 300 meter dan berdiameter 15 meter. Sehingga untuk masuk ke dalam goa, pengunjung harus menyusuri anak tangga menurun yang cukup melalahkan. Yang mana rasa lelah itu akan segera hilang begitu mulai memasuki mulut goa. Sebab dari mulut goa itu saja keindahan ukiran batu di dalam goa sudah terlihat jelas. 

Makanya tak heran kalau pengunjung betah berlama-lama tinggal di dalam goa tersebut. Bahkan terkadang ada orang yang sengaja masuk dan tinggal selama beberapa hari di dalam goa untuk melakukan ritual. Dan hal ini bisa diketahui dari aroma hioswa dan minyak wangi yang menyeruak dari salah satu ruangan di dalam gua tersebut. Karena agaknya ruangan tersebut memang kerap dipakai untuk menggelar ritual. 

Ritual di dalam goa itu sebenarnya adalah rangkaian dari ritual yang biasa dilakukan di Candi Gondoarum yang berada tidak jauh dari Goa Seplawan. Candi Gondoarum sendiri saat ini nyaris tak berbentuk lagi. Yang tersisa hanyalah bekas-bekas pondasi dasar candi, yang sepintas terlihat mirip batu biasa yang berserakan. Hanya saja yang membedakan adalah, adanya beberapa guratan ukiran pada beberapa sisi batu yang bila dirangkai bisa saling berhubungan. 

“ Candi ini diduga lebih tua dari pada Candi Borobudur. Dan disebut Gondoarum karena waktu lingga yoninya diangkat, keluar semerbak bau harum. Sehingga sampai sekarang tidak ada orang yang berani berbuat jelek di tempat ini. “ 

Letak lingga yoni itu sendiri tepat di samping candi, dan sekarang telah dibuatkan satu cungkup sederhana untuk melindunginya. Sebenarnya pihak museum berniat mengamankan benda itu. Namun sepertinya “ penunggu “nya tidak mengijinkan. Sehingga sampai sekarang batu yang merupakan simbol penyatuan kehidupan tersebut tetap dibiarkan di tempat semula. 

Disamping Potensi Wisata Goa Seplawan di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing juga terdapat Potensi Hasil Ternak yaitu Hasil Ternak Kabing Etawa. Kabing Perankan Etawa ( PE ) merupakan keturunan kambing Etawa asal India yang dibawa oleh penjajah Belanda yang kemudian disilangkan dengan kambing lokal di Kaligesing. Pada saat ini kambing PE ini dikenal sebagai Ras Kambing Peranakan Etawa asli Kaligesing Purworejo. 

Menurut perkembangannya kambing PE menyebar ke berbagai wilayah di Kabupaten Purworejo bahkan keluar Purworejo ( Kulon Progo, Kendal, Sidoarjo Jatim ). Kambing PE ini mempunyai ciri khas yaitu : bentuk muka cembung, telinga panjang menggantung, postur tubuh tinggi ( gumba ) 90 – 110 cm, bertanduk panjang dan ramping. Kambing berkembang dengan baik panjang dan besar, warna bulu beragam belang putih, merah coklat, bercak-bercak hitam atau kombinasi ketiganya, dan pada bagian belakang terdapat bulu yang lebat dan panjang. 

Dalam waktu yang tidak lama lagi kawasan gua ini akan dikembangkan menjadi sarana olah raga seperti layang gantung ( gantole ), camping, hiking, panjat tebing, dan keadaan alam sekitarnya sangat mendukung untuk kegiatan avonturir.

Wednesday, January 23, 2013

Dadi Suporter SMP N 3 Purworejo


Nalika aku kelas VII, tanggal 19 Maret 2012 aku seneng banget. Pokoke ora biso diungkapke nganggo tembung-tembung. Ing dino iku, aku oleh kesempatan dadi supporter sekolah kesayanganku, SMP N 3 Purworejo maju ing Lomba Cerdas Cermat Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Lomba iku dianakake ing Gedung Pusat Pendidikaan Pelatihan, Semarang.

Jam setengah papat esuk, aku enggal-enggal tangi amarga mobil carteran sing arep tumuju menyang Semarang mlaku kira-kira jam setengah lima. Wengi sadurunge, aku wis nyepak-nyepakke piranti sing arep digawa menyang Semarang, kayata omben-omben, cemilan, buku tulis, lan alat tulis liyane. Jam papat esuk aku diterake bapak numpak montor tumuju sekolah. Tekan sekolah jebul wis ana Gustitiara An Nisaa utawa Anis kelas D, Iman kelas F, lan Mahendra Baleno Rama utawa Rama kelas A, uga ana Mbak Dhyta, lan Mbak Pramudita kelas 8A . Banjur teka Mbak Devi kelas 8B (kanca-kanca sekelase Mbak Devi, sih, pada mbeluk Mbak Shaun The Sheep. Iku, lho, kartun wedhus gembel sing kondhang banget. Soale rambut Mbak Devi rada brindil-brindil, kepiye. Kaya wulu Shaun The Sheep!!) *maaf, mbak *peace

Jam setengah lima mobil mangkat. Udakara jam setengah wolu aku kabeh (rombongan supporter SMP N 3 Purworejo) tekan panggonane. Ananging pas aku kabeh mlebu gedung, Bu Purwati, pembimbing rombongan supporter SMP 3 Purworejo dening SMS saking Bu Juniati, pembimbing peserta LCC saka SMP 3 Purworejo. Jebule SMP 3 main jam 10 !!  “Ah, ngertiyo ora usah mangkat gasik-gasik,” ngendikane Bu Purwati.

Ssstt… Bu Purwati nampi SMS iku ing lantai 1, ewadene papan lomba ana ing lantai 2. dadi aku kabeh munggah undak-undakan. Sawektu aku kabeh tekan lantai 2, pas banget! lomba lagi break utawa istirahat, dadi aku kabeh langsung mlebu ruangan.

Mripatku ora kedip. Ruangane gedhe banget. Kamera siap ing mburi kursi penonton. Eh, kuwi kamera TVRI !  Kursi para juri ana ing ngarep kursi penonton madhep panggung peserta LCC. Ora lali ing sebelah kiwo panggung peserta ana kursi para penilai. Ing sebelah tengen panggung peserta ana panggung cilik kanggo pembawa acara lan pembaca soal.

Banjur aku lan kanca-kanca supporter SMP 3 salaman karo peserta LCC saka SMP 3. Ana Mbak Ndaru Naris Wari utawa Mbak Ndaru, Mas Irfans Maulana Firdaus utawa mas Irfans, lan mbak Melania Krisna Nawangsasi utawa mbak Sasi.

Amarga SMP 3 main keri dhewe, aku lan kanca-kanca nonton peserta sadurunge dhisik. Sawektu lomba lagi break, aku kabeh lan Bu Purwati ngisi weteng sing wis pating krunyuk kaya lagu keroncong. Tahu Gimbal dadi pilihane aku kabeh. Warunge ana ing pinggir gedung lomba. Wareg, cedhak, enak tur murah, kan ???

Ah… Akhire SMP 3 main. Sadurunge main, Tim SMP 3 lan loro tim saka kabupaten liyane njupuk nomor undian. Tim SMP 3 oleh grup A !

Mata pelajaran sing diuji yaiku Matematika, Bhs. Indonesia, Bhs. Inggris, PKn, IPS, lan sapanunggalane. Suasana sangsoyo tegang. Huft… SMP 3 kalah. Hiks...hiks… Eits, dudu kalah. Nanging, sukses sing katunda. Pungkasane aku kabeh bali, sanadyan gela, ananging awak dhewe wis nglakoni sing paling apik. Sanadyan kalah, tapi ati seneng banget, entuk pengalaman sing ora bakal dak lakekake.