Perkembangan agama Islam di Nusantara yang berlangsung
sangat cepat tidak terlepas dari peranan para saudagar muslim, ulama, dan
mubalig dari berbagai negara (Mesir, Arab Saudi, India, Irak, Iran, Gujarat,
dan Persia). Dengan penuh semangat mereka menyebarkan nilai-nilai Islam
terhadap masyarakat setempat melalui perdagangan, sosial, dan pendidikan.
1.
Peranan
Saudagar Muslim dalam Penyebaran Agama Islam
Pada
abad ke-13, agama Islam dibawa dan dikembangkan oleh para saudagar muslim dari
Gujarat, Arab, dan Persia dan di terima oleh masyarakat yang tinggal di sekitar
pesisir pantai utara. Sehingga berkembanglah agama Islam secara pesat dengan munculnya
kerajaan-kerajaan Islam di pesisir pantai. Kehadiran Islam di Nusantara tidak
hanya berkenan di kalangan masyarakat bawah, namun juga kaum bangsawan, tokoh
masyarakat, kepala suku, dan para ketua adat.
2.
Peranan
Walisongo dan Ulama dalam Penyebaran Agama Islam
Selain
para pedagang, faktor lain yang memiliki jasa besar dalam penyebaran agama
Islam di Indonesia adalah ulama dan mubalig. Penyebaran agama Islam khususnya
di Jawa dikembangkan oleh sejumlah wali yangterkooordinasi dalam dewan dakwah
yang disebut Walisongo (Sembilan wali). Berikut ini di antara Walisongo yang
berperan dalam mengembangkan agama Islam di Pulau Jawa.
a. Sunan Gresik
(Maulana Malik Ibrahim)
Selama kurang lebih 20 tahun, beliau berhasil mencetak
kader dakwah di Gresik. Beliau juga diyakini sebagai pelopor penyebaran agama
Islam pertama di Pulau Jawa. Meskipun beliau bukanlah orang Jawa (dari Afrika
Utara), ia mampu mengatasi keadaan masyarakat setempat dan menerapkan metode
dakwah yang tepat untuk menarik simpati masyarakat kepada Islam, antara lain
dengan menghilangkan sistem kasta dalam masyarakat.
b.
Sunan
Ampel (Maulana Rahmatullah)
Ia
memulai dakwahnya dari sebuah pesantren yang didirikan di Ampel Denta (dekat
Surabaya). Pada santrinya, ia hanya memberikan pengajaran yang sederhana yang
menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dialah yang mengenalkan istilah
“Mo Limo”, yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak meminum minuman keras,
tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina”. Ia diperkirakan
wafat pada 1481 M dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.
c.
Sunan
Bonang (Maulana Makhdum Ibrahim)
Sunan
Bonang termasuk wali yang menyebarkan agama Islam dengan cara menyesuaikan
kebudayaan masyarakat Jawa seperti wayang dan musik gamelan. Oleh karenanya, ia
menciptakan gending-gending yang memiliki nilai-nilai keislaman. Setiap bait
lagu diselingi ucapan kalimat syahadat sehingga disebut sekaten. Ia juga yang
telah menciptakan tembang Tombo Ati dan karya sastra Suluk Wijil.
d.
Sunan
Drajad (Maulana Syaifudin)
Ia
seorang wali yang berjiwa tinggi. Perhatiannya yang besar pada masalah social
sangat tepat karena saat itu Kerajaan Majapahit tengah runtuh (sekitar 1478 M)
sehingga rakyat sedang mengalami suasana kritis dan prihatin. Dalam berdakwah,
ia menciptakan tembang Pangkur.
e.
Sunan
Giri (Maulana Ainul Yaqin)
Ia
adalah seorang wali yang menyebarkan agama Islam dengan menitikberatkan pada
bidang pendidikan. Ia medirikan pesantren di daerah Giri. Santrinya banyak
berasal dari golongan masyarakat ekonomi lemah. Ia juga banyak mengirim juru
dakwah ke Bawean (Madura), Lombok, Ternate, dan Tidore.
f.
Sunan
Kalijaga (Maulana Muhammad Syahid)
Ia
seorang wali yang memiliki wawasan luas dan pemikiran yang tajam sehingga
disukai oleh rakyat bahkan para cendekiawan dan penguasa. Sunan Kalijaga
melakukan dakwahnya dengan cara berkelana. Sarana dakwah yang digunakan berupa
pertunjukan wayang kulit dan tambang Dandanggula.
g.
Sunan
Muria (Maulana Umar Said)
Ia
salah satu Walisongo yang dikenal pendiam, namun fatwanya sangat tajam. Dalam
menyebarkan agamaIslam ia lebih memfokuskan di daerah pedesaan. Sunan Muria
juga termasuk wali yang menyukai seni. Ia berhasil menciptakan tembang Kinanthi
(bernada gembira, untuk menyampaikan ajaran agama, nasihat, dan falsafat hidup)
dan Sinom (melukiskan suasana ramah tamah dan nasihat).
h.
Sunan
Kudus (Maulana Ja’far Shadiq)
Sunan Kudus memiliki berbagai ilmu agama (tauhid dan fiqih) sehingga mendapat gelar Al ‘ilmi (orang yang berilmu luas). Karena keahliannya itu, ia mendapat kepercayaan dari Kesultanan Demak untuk mengendalikan pemerintahan dan hakim tinggi di wilayah itu. Untuk melancarkan penyebaran Islam, ia membangun sebuah masjid di Kudus yang disebut Masjid Menara Kudus.
i.
Sunan
Gunung Jati (Maulana Syarif Hidayatullah)
Wali yang merupakan cucu Raja Pajajaran
ini sangat berperan dalam penyebaran Islam di Cirebon, Jawa Barat.Menyusul
berdirinya Kerajaan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia
mendirikan Kesultanan Cirebon. Dengan demikian, ia adalah satu-satunya
Walisongo yang memimpin pemerintahan. Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati
mundur dari jabatannya hanya untuk menekuni dakwah.
No comments:
Post a Comment