Thursday, September 20, 2012

Aku dan Donohudan



               Tepatnya tanggal 26-28 April 2010. Hari yang sangat bersejarah bagiku dan mungkin bagi teman-temanku. Mengapa? Karena pada hari itulah terjadi peristiwa yang takkan pernah kulupakan. Aku dan teman-temanku berkesempatan mengikuti  ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Sekolah Dasar Tingkat Provinsi yang diakan di Asrama Haji Donohudan, Boyolali. Tetapi tentu saja kami harus menjalani seleksi tingkat kabupaten terlebih dahulu untuk memperoleh wakil dari Purworejo di tingkat provinsi. Di kabupaten aku peringkat pertama, disusul Gatari dari Kecamatan Pituruh, dan anak Kecamatan Banyuurip. #sekarang Gatari menjadi adik kelasku di kelas B SMP N 3 Purworejo.
                   Hari Sabtu, dua hari sebelum diadakannya festival aku dan guru kelas 3 di SD-ku, Bu Sutinah dipanggil ke SD Negeri Kedungagung untuk seperti halnya diberi semangat, gitu. Dan sekali lagi berlatih membuat laporan supaya persiapan lebih matang. Saat itu ada yang mengatakan kalau peserta dari Purworejo direncanakan akan berangkat hari Minggu. Tapi sepertinya kalau itu memang terjadi sepertinya persiapan belum matang benar. Untung kabar burung itu segera lenyap. Hore!! Monday, I’m coming!!
               Hari Senin aku berangkat ke sekolah dengan membawa dua tas yang menurutku lumayan berat. Satu tas berisi pakaian dan satu tas lagi yang berisi peralatan untuk lomba nantinya. Sebenarnya aku tidak akan membawa barang sebanyak itu. Mmm, tapi sepertinya ibuku lebih berpengalaman. Kemudian aku dan Bu Sutinah menuju kantor UPT P Dan K Kecamatan Butuh untuk meminta doa sekaligus berpamitan. Selanjutnya kami berdua menuju Kantor Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, dengan diantar oleh beberapa guru dari SD lain yang ikut berperan saat melatihku menggunakan mobil yang entah itu milik siapa. Sesampainya di sana aku duduk terpaku di kursi tunggu. Ooo, begini dalamnya… Di sana aku bertemu dengan peserta sesama dari Purworejo tapi bukan lomba yang aku ikuti tentunya. Waktu di kantor, kami kami belum mengenal satu sama lain, sih, paling hanya senyum-senyum saja J. Sebelum kami berangkat kami diizinkan masuk dalam ruang yang aku tidak tahu apa namanya untuk diberi motivasi dan pengarahan singkat oleh seorang wanita, pegawai di kantor itu yang aku juga tidak tahu namanya (hhmm, payah…). Seharusnya, sih, kami bertemu dengan Bapak Bambang Aryawan (Kepala Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo), tapi kata ibu tadi Bapak Bambang sedang banyak urusan (ck… ck… ck… sibuk BGT). Waktu itu kami juga diberi (he.. he..) sedikit uang saku. Jumlahnya??? Lupa!!! *aku pribadi.    
               Lalu aku dan teman-teman seperjuanganku (hi… hi…) juga para pendamping kami berangkat menuju tempat tujuan dengan mobil yang berbeda. Maksudku begini… aku, Nur Fatimah Diardadiantina alias Diar (lomba baca puisi)[1], Jovinka Rochendania alias Vinka (lomba cipta lagu), Devina Malinda Putri alias Devi (lomba pidato), dan juga para pendamping kami berada dalam satu mobil. Sedangkan Binti (lomba lukis. Eh, waktu itu dia masih kelas 3 SD, lho. Anaknya super imut! Dan lukisannya keren titan!!  ), Gonggo Nursito alias Gonggo (lomba keterampilan) satu mobil, tapi bukan mobil yang kami tumpangi. Mungkin karena barang bawaan mereka lebih banyak dan lebih besar ketimbang punyaku, Diar, Vinka, dan Devi. Ya, iya,lah, Binti harus membawa peralatan lukis super lengkap, lukisan yang sudah jadi, dan lain-lain. Tak jauh berbeda dengan Gonggo, namun sepertinya dialah yang barang bawaannya paling berat dari seluruh wakil Purworejo di tingkat provinsi. Pelepah pisang, eceng gondok kering, layar, kayu, dan lain sebagainya menjadi barang yang wajib dibawa(pokoknya semua keperluan untuk membuat wayang dari eceng gondok). Dan anehnya… yang ikut lomba menyanyi tunggal (aku juga tidak tahu namanya. I’m plus payah !! ) malah sudah berangkat hari Minggu. Loh, kok tidak kompak, sih??? Tapi alhamdulillah, akhirnya kami selamat sampai tempat tujuan. Hmm, apa aku belum cerita?? Di tengah perjalanan, kami diajak ke restoran Padang, lho… Lapar kami pun telah terobati.
               Sesampainya di Donohudan kami mengambil nomor peserta yang dipilih melalui undian (baca “Bismillah” dulu, ahh). Nomor 27 semoga menjadi nomor keberuntunganku, do’aku saat itu. Aku, teman-temanku, dan para pengampu lalu menuju ke kamar tempat kami beristirahat. Aku, Diar, Devi, dan Binti berada dalam satu kamar. Sementara Jovinka, Gonggo, dan yang tak kuketahui namanya itu berada dalam satu kamar juga, namun bukan kamar  mereka berada di ruang asrama lain. Lalu kami berfoto di sana memakai handphone-nya Diar. Di miniatur Ka’bah (kami sempat mengintip isi miniature Ka’bah-nya, tapi ternyata hanya kayu yang berantakan), di taman, sampai di kamar! Kebetulan kamar kami ada di lantai dua, jadi lebih asyik, deh… tapi tak tahunya, ternyata kami harus berbagi kamar dengan sebagian peserta dari Kabupaten Rembang. Tapi tak apa, kok, malah tambah asyik dan tambah teman pastinya. Pertama kupikir mereka judes-judes, tapi ternyata e ternyata… mereka malah kebalikan dari yang kuduga. Ramah dan baik, itu yang ada dalam diri mereka. Duh, aku jadi malu dan merasa bersalah sudah berburuk sangka pada mereka. Eits, bukan hanya aku saja yang berburuk sangka, Diar juga, kok… (he… he…)Ada Uti Novamba (lomba mengarang), Inayah Wulandari (lomba cipta lagu) #ternyata Inayah Wulandari itu tetangga saudaranya Diar yang di Rembang, jadi kalau Diar ke Rembang selalu bertemu Wulan; dan yang tak kuketahui namanya mengikuti lomba puisi (kalau yang terakhir ini memang orangnya agak sedikit cuek. #Maaf ya…)  

Semboyan Festival
Tari Daun Pulus
               Malam harinya, diadakanlah malam pembukaan  Festival dan Lomba Seni Siswa Sekolah Dasar Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Wah, rame banget! Ada pentas Tari Daun Pulus, Drumband anak SD, tari Kera Sakti (sebenarnya aku tidak tahu nama tariannya, tapi karena memakai kostum kera, jadi aku sebut saja dengan “Tari Kera Sakti”), dan yang paling luar biasa, Band Termuda di Indonesia yang pernah memecahkan Rekor MURI. Mereka adalah anak-anak yang kurang beruntung. Ada yang tuna netra, tuna grahita, aduh.. aku sangat (amat) kagum pada mereka plus malu dengan diriku sendiri. Saat itu mereka membawakan lagu Laskar Pelangi dari Nidji, dan lagu barat yang sepertinya sudah tidak asing lagi bagiku namun aku tidak tahu judul lagunya. Saat itu tempat duduk diatur sesuai barisan lomba yang diikuti. Aku duduk di samping Millienanda Chiara Adnyn alias Chiara, anak Blora. Namun, sepertinya aku agak canggung duduk di sebelahnya. Bagaimana tidak, kami berdua bagaikan angka 10 saat duduk bersebelahan. #tahu maksudnya, kan???
               Keesokan harinya, hari Senin tanggal 27 April 2010 adalah hari dimana Babak Penyisihan dilaksanakan. Saat babak penyisihan, aku menulis laporan tentang Dawet Hitam Khas Purworejo. Alhamdulillah, di Babak Penyisihan itu aku masuk ke 10 besar dan berhak mengikuti Babak Final. Di Babak Final, aku harus mewawancarai seorang penulis & penyair dari Kudus, beliau adalah Bapak Mukti Sutarman Espe.
               Hari Rabu, tanggal 28 April 2010. Hari saatnya “dag… dig… dug… der…!!”  Ya, hari ini adalah hari pengumuman siapa yang bakal menjadi juara dan mewakili Jawa Tengah di Tingkat Nasional. Saat aku duduk dibarisan Mengarang Bahasa Indonesia, aku bingung, teman-teman disekitarku sudah menerima piagam penghargaan, namun mengapa aku belum?? Teman di sebelahku, Okta Zidni Imaroh dari Brebes menghiburku. Kamu juaranya, Nan… Tapi aku tidak percaya. Di Babak Penyisihan saja aku hanya memperoleh peringkat 6. Saatnya “dag… dig… dug… der…!! sejatinya”  berlangsung. Alhamdulillah, aku memperoleh peringkat 4. Walaupun hanya peringkat 4 setidaknya aku mendapat pengalaman. Aku sangat bersyukur pada Allah. Aku yakin, ini karena do’a orangtuaku, teman-temanku, para guruku, para pelatihku, dan orang-orang disekitarku. Terima kasih tak terhingga untuk mereka kuucapkan. Semoga pengalamanku kali ini dapat bermanfaat untuk masa depanku nanti. Ya, kan??
[1] Nur Fatimah Diardadiantina sekarang menjadi teman sekelasku di SMP N 3 Purworejo, tepatnya kelas E. Awalnya aku juga tidak menyangka. Sampai-sampai dulu aku pernah berpikir untuk mengirim surat padanya. Ya, iyalah,. nomor HP-nya sudah tidak aktif, jadi kangen, deh… Dan anehnya, aku tidak tahu di mana rumahnya, aku hanya tahu sekolah SD-nya, itu saja aku hanya lihat dari badge seragamnya..

## Semoga bermanfaat, teman-teman…

No comments:

Post a Comment