Wednesday, March 12, 2014

Yesung - It Has To Be You (Lirik & Arti)




Lagu yang sangat romantis dari Yesung, salah satu personel Super Junior. Lagu ini menjadi salah satu soundtrack dari drama seri Cinderella’s Sister. Lagu ini menceritakan seorang pria yang bersedih setelah berpisah dengan kekasihnya. Ia menyesal, dan menginginkan tetap kembali kepada kekasihnya.


O-neul-do nae gi-eok-eul dda-ra-he-mae-da
Hari ini, aku berjalan dalam ingatanku 


I gil ggeut-e-seo seo-seong-i-neun na
Sangat lama, di ujung jalan ini 
 
Da-shin bol su-do eobs-neun ni-ga na-reul but-jab-a
Dirimu masih menggenggam erat diriku, meski aku tak dapat melihatmu lagi 

Na-neun ddo i gil-eul mud-neun-da
Aku kehilangan jalan lagi


Neol bo-go ship-da-go
Aku ingin melihatmu 

Ddo an-go ship-da-go
Aku ingin membuatmu ada 

Jeo ha-neul-bo-myeo gi-do-ha-neun nal
Aku berdoa kepada langit


Ni-ga a-ni-myeon an-dwae
Tidak mungkin jika bukan dirimu

Neo eobs-in nan an-dwae
Aku tidak dapat hidup tanpamu 

Na i-reoh-ge ha-ru han-dal-eul ddo il-nyeon-eul
Tidak apa-apa jika aku sakit selama satu hari atau sebulan seperti ini


Na a-pa-do joh-a
Hatiku sakit 

Nae mam da-chyeo-do joh-a nan
Tidak apa-apa bahkan jika hatiku terluka 

Geu-rae nan neo ha-na-man sa-rang-ha-ni-gga
Ya, karena aku hanya mencintaimu


Na-do beon da-shi-neun Bo-nael su eobs-da-go
Aku tidak bisa membawamu pergi sekali lagi 

Na neo-reul it-go sal-sun eobs-da-go
Aku tidak bisa hidup tanpamu 


Ni-ga a-ni-myeon an-dwae
Tidak mungkin jika bukan dirimu 

Neo eobs-in nan an-dwae
Aku tidak hidup dapat tanpamu 

Na i-reoh-ge ha-ru han-dal-eul ddo il-nyeon-eul
Tidak apa-apa jika Aku sakit selama satu hari atau sebulan seperti ini


Na a-pa-do joh-a
Hatiku sakit 

Nae mam da-chyeo-do joh-a nan
Tidak apa-apa bahkan jika hatiku terluka 

Geu-rae nan neo ha-na-man sa-rang-ha-ni-gga
Ya, karena aku hanya mencintaimu


Nae meong-deun ga-seum-i
Hatiku terasa memar 

Neol cha-ja-o-ra-go
Hati ini berteriak padaku 

So ri-chyeo bu-reun-da
Untuk menemukanmu 

Neon eo-ditt-neun-geo-ni
Di mana dirimu? 

Na-eui mok-so-ri deul-li-ji anh-ni
Apakah kau tidak dapat mendengar suaraku?

Na e-ge-neun
Untukku…


Na da-shi sal-a-do
Jika aku menjalani hidupku lagi 

Myeot beon-eul tae-eo-na-do
Jika aku lahir lagi dan lagi 

Ha-ru-do ni-ga eobs-i sal su eobs-neun na
Aku tidak bisa hidup tanpamu bahkan sehari saja


Nae-ga ji-kyeo-jul sa-ram
Hanya satu, kau akan tetap ada di hati ini

Nae-ga sa-rang-hal sa-ram nan
Kepadamulah aku akan tetap mencinta 

Geu-rae nan neo ha-na-myeon chung-bun-ha-ni-gga
Aku membutuhkan satu, dirimu


Neo ha-na-man sa-rang-ha-ni-gga
Ya, karena aku hanya mencintaimu

  


sumber: annisaandriyanti.wordpress.com 
(dengan sedikit revisi)


Friday, March 7, 2014

Perkembangan Agama Islam di Nusantara



            Perkembangan agama Islam di Nusantara yang berlangsung sangat cepat tidak terlepas dari peranan para saudagar muslim, ulama, dan mubalig dari berbagai negara (Mesir, Arab Saudi, India, Irak, Iran, Gujarat, dan Persia). Dengan penuh semangat mereka menyebarkan nilai-nilai Islam terhadap masyarakat setempat melalui perdagangan, sosial, dan pendidikan.

1.        Peranan Saudagar Muslim dalam Penyebaran Agama Islam
     Pada abad ke-13, agama Islam dibawa dan dikembangkan oleh para saudagar muslim dari Gujarat, Arab, dan Persia dan di terima oleh masyarakat yang tinggal di sekitar pesisir pantai utara. Sehingga berkembanglah agama Islam secara pesat dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam di pesisir pantai. Kehadiran Islam di Nusantara tidak hanya berkenan di kalangan masyarakat bawah, namun juga kaum bangsawan, tokoh masyarakat, kepala suku, dan para ketua adat.

2.        Peranan Walisongo dan Ulama dalam Penyebaran Agama Islam
     Selain para pedagang, faktor lain yang memiliki jasa besar dalam penyebaran agama Islam di Indonesia adalah ulama dan mubalig. Penyebaran agama Islam khususnya di Jawa dikembangkan oleh sejumlah wali yangterkooordinasi dalam dewan dakwah yang disebut Walisongo (Sembilan wali). Berikut ini di antara Walisongo yang berperan dalam mengembangkan agama Islam di Pulau Jawa.

a.    Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
       Selama kurang lebih 20 tahun, beliau berhasil mencetak kader dakwah di Gresik. Beliau juga diyakini sebagai pelopor penyebaran agama Islam pertama di Pulau Jawa. Meskipun beliau bukanlah orang Jawa (dari Afrika Utara), ia mampu mengatasi keadaan masyarakat setempat dan menerapkan metode dakwah yang tepat untuk menarik simpati masyarakat kepada Islam, antara lain dengan menghilangkan sistem kasta dalam masyarakat.

b.   Sunan Ampel (Maulana Rahmatullah)
           Ia memulai dakwahnya dari sebuah pesantren yang didirikan di Ampel Denta (dekat Surabaya). Pada santrinya, ia hanya memberikan pengajaran yang sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dialah yang mengenalkan istilah “Mo Limo”, yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak meminum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina”. Ia diperkirakan wafat pada 1481 M dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.

c.    Sunan Bonang (Maulana Makhdum Ibrahim)
      Sunan Bonang termasuk wali yang menyebarkan agama Islam dengan cara menyesuaikan kebudayaan masyarakat Jawa seperti wayang dan musik gamelan. Oleh karenanya, ia menciptakan gending-gending yang memiliki nilai-nilai keislaman. Setiap bait lagu diselingi ucapan kalimat syahadat sehingga disebut sekaten. Ia juga yang telah menciptakan tembang Tombo Ati dan karya sastra Suluk Wijil.

d.   Sunan Drajad (Maulana Syaifudin)
      Ia seorang wali yang berjiwa tinggi. Perhatiannya yang besar pada masalah social sangat tepat karena saat itu Kerajaan Majapahit tengah runtuh (sekitar 1478 M) sehingga rakyat sedang mengalami suasana kritis dan prihatin. Dalam berdakwah, ia menciptakan tembang Pangkur.

e.    Sunan Giri (Maulana Ainul Yaqin)
         Ia adalah seorang wali yang menyebarkan agama Islam dengan menitikberatkan pada bidang pendidikan. Ia medirikan pesantren di daerah Giri. Santrinya banyak berasal dari golongan masyarakat ekonomi lemah. Ia juga banyak mengirim juru dakwah ke Bawean (Madura), Lombok, Ternate, dan Tidore.

f.     Sunan Kalijaga (Maulana Muhammad Syahid)
          Ia seorang wali yang memiliki wawasan luas dan pemikiran yang tajam sehingga disukai oleh rakyat bahkan para cendekiawan dan penguasa. Sunan Kalijaga melakukan dakwahnya dengan cara berkelana. Sarana dakwah yang digunakan berupa pertunjukan wayang kulit dan tambang Dandanggula.

g.    Sunan Muria (Maulana Umar Said)
         Ia salah satu Walisongo yang dikenal pendiam, namun fatwanya sangat tajam. Dalam menyebarkan agamaIslam ia lebih memfokuskan di daerah pedesaan. Sunan Muria juga termasuk wali yang menyukai seni. Ia berhasil menciptakan tembang Kinanthi (bernada gembira, untuk menyampaikan ajaran agama, nasihat, dan falsafat hidup) dan Sinom (melukiskan suasana ramah tamah dan nasihat).

h.      Sunan Kudus (Maulana Ja’far Shadiq)

         Sunan Kudus memiliki berbagai ilmu agama (tauhid dan fiqih) sehingga mendapat gelar Al ‘ilmi (orang yang berilmu luas). Karena keahliannya itu, ia mendapat kepercayaan dari Kesultanan Demak untuk mengendalikan pemerintahan dan hakim tinggi di wilayah itu. Untuk melancarkan penyebaran Islam, ia membangun sebuah masjid di Kudus yang disebut Masjid Menara Kudus.

i.        Sunan Gunung Jati (Maulana Syarif Hidayatullah)
         Wali yang merupakan cucu Raja Pajajaran ini sangat berperan dalam penyebaran Islam di Cirebon, Jawa Barat.Menyusul berdirinya Kerajaan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan Kesultanan Cirebon. Dengan demikian, ia adalah satu-satunya Walisongo yang memimpin pemerintahan. Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya hanya untuk menekuni dakwah.